Sebuah Pelajaran Berharga "Keberanian Ulama Menghadapi Penguasa Dzalim"

Loading...
Kisah dalam postingan kali ini dikutip dari buku: “Potret Ulama Antara Yang Konsisten & Penjilat” Karya Sufyan Al-Jazairy, Penerbit Jazera.

Keberanian Hasan Al-Bashri Menghadapi Penguasa Dzalim

Ketika memerintah Irak, Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi membangun sebuah istana untuk dirinya di kota Wasith. Setelah istan dibangun, Al-Hajjaj mengundang penduduk kota untuk menonton dan menyaksikan kemegahannya serta agar mereka mau berdoa agar istana tersebut diberkati.

Maka Hasan Al-Bashri tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ketika banyak orang yang berkumpul di tempat itu. Beliau pun ikut datang dengan niat untuk memberikan nasihat dan peringatan kepada semua orang yang hadir tentang semunya dunia yang menipu.

Ketika sampai di tempat itu, semua mata memandang bangunan tersebut. Mereka takjub dengan kemegahan dan luasnya. Lantas Hasan Al-Bashry berdiri untuk menyampaikan khutbah, yang isinya antara lain:

”Kita telah memerhatikan sebuah bangunan yang dibuat oleh orang terjelek dari orang-orang jelek, lalu kita dapati bahwa ternyata Fir’aun pernah membangun sesuatu yang jauh lebih megah dan lebih tinggi daripada bangunan ini. Kemudian Allah pun membinasakannya, sedang bangunan yang dibuatnya pada akhirnya juga rusak. Alangkah indahnya sekiranya Hajjaj sadar bahwa seluruh penghuni langit memurkainya, sedangkan penduduk bumi terlena dengannya.”

Ketika beliau tengah berkhutbah, ada seseoang yang merasa iba dengan nasib beliau setelah ini. Ia pun menyarankan agar Hasan Al-Bashry menyudahi perkataannya. Maka beliau menjawabnya dengan mengatakan, ”Sungguh, Allah telah mengambil sumpah perjanjian dari para ulama, yaitu agar mereka menerangkan ilmu tersebut kepada semua orang dan tidak menyembunyikannya.”
Protret Keberanian Ulama Menghadapi Penguasa Dzalim
Foto: Protret Keberanian Ulama Menghadapi Penguasa Dzalim

Maka pada hari berikutnya, Hajjaj memasuki majelisnya dalam kondisi marah besar. Lalu ia berkata kepada para anggota majelisnya, ”Celaka kalian, wahai para pengecut! Ada seorang hamba dari penduduk Bashrah yang berdiri dan berkata semaunya tentang kita tapi kalian tidak ada yang berani membantahnya. Demi Allah, aku akan meminumkan darahnya kepada kalian, para pengecut!

Kemudian dia meminta pedang dan papan eksekusi, lalu kedua benda tersebut dibawa ke hadapannya. Algojo pun didatangkan. Ia memerintahkan beberapa orang pengawalnya untuk menghadirkan Hasan Al-Bashry.

Ketika beliau melihat algojo yang menghunus pedang dengan papan eksekusi di hadapannya, maka beliau langsung komat-kamit bibirnya. Lalu beliau menghadap Al-Hajjaj dengan menunjukkan kegagahan seorang mukmin, serta ketenangan seorang dai.

Ketika Al-Hajjaj meliihat beliau bersikap seperti ini, ia pun langsung merasa takut dengan wibawa dan kharismanya. Ia pun berkata, ”Di sini tempatmu, wahai Abu Sa’id.” Ia mempersilakan beliau untuk duduk di sisinya. Para hadirin menyaksikan peristiwa ini dengan penuh rasa heran dan kaget.

Setelah Al-Hasan duduk di tempat yang disediakan, ia pun memulai perbincangan dengan menanyakan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan urusan agama. Lalu Hasan Bashri menjelaskan dengan hati yang mantap dan keterangan yang menyihir serta ilmu yang luas.

Al-Hajaj pun berkata kepada beliau, ”Engkaulah penghulu para Ulama, wahai Abu Sa’id.” Kemudian ia meminta pengawalnya agar mengambilkan al-ghaliyah untuk merapikan jenggotnya.

Lalu ia pun berpamitan untuk pulang. Setelah keluar dari majelis Al-Hajaj, sang pengawal bertanya kepada beliau, ”Wahai Abu Sa’id, sungguh, Al-Hajjaj mengundangmu bukan untuk membicarakan masalah tadi. Tadi, ketika engkau masuk ruangan dan melihat pedang lengkap dengan papan eksekusi, engkau langsung menggerak-gerakkan bibirmu, apakah yang sebenarnya kamu ucapkan?”

Maka Al-Hasan menjawab, ”Saya berdoa; ‘Wahai Zat yang memiliki nikmatku, tempatku mengadu di saat kumendapat musibah, jadikanlah kakejamannya dingin dan keselamatan bagiku, sebagaimana engkau telah menjadikan api dingin dan selamat bagi Nabi Ibrahim’.” (Sumber: Kiblat.net)

2 Responses to "Sebuah Pelajaran Berharga "Keberanian Ulama Menghadapi Penguasa Dzalim""

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete