Perkataan Jayabaya serta Ancaman Perang Saudara (Civil War) di Indonesia akibat Penistaan Agama!

Loading...
Perang Saudara merujuk kepada suatu jenis perang di mana bukan dua atau lebih negara yang menjadi kubu yang berlawanan namun beberapa faksi (=saudara) di dalam sebuah entitas politik.

Dalam bahasa Inggris perang saudara disebut civil war yang secara harafiah artinya adalah “perang warga sipil” atau “perang madani”.

Tidak jarang sebuah perang saudara merupakan tanda awal perpecahan sebuah entitas politik.

Faktor penyebab perang saudara yang paling banyak menjadi sebab akibat adalah soal suku, ras dan agama serta terkait ideologi dalam politik sebuah negara, dalam catatan sejarah, perang saudara hanya meninggalkan luka yang terus dikenang dan diingat.

Indonesia ‘terancam’ perang saudara (civil war), dengan semakin meregangnya sifat persaudaraan diantara rakyatnya, akibat urusan SARA yang menjadi jualan politik.

Hanya karena satu sosok, ancaman perpecahan dan gesekan sosial akan semakin tajam di masyarakat, hal ini terjadi akibat pemimpin saat ini tidak bisa berlaku tegas sesuai hukum yang ada.

Perpecahan dan gesekan sosial akan semakin tajam, dan hal ini termasuk dalam bibit terjadinya sebuah perang saudara kalau tidak dengan cepat diselesaikan secara tepat dan benar.

Indonesia terancam diambang perang saudara akibat satu sosok, beberapa pengamat mengkuatirkan dan mengkaitkan dengan perkataan seorang raja bernama Prabu Jayabaya seolah semakin mendekati kebenarannnya.

Tiga Kali Perang!

Prabu Jayabaya pernah berkata, bahwa Indonesia akan mengalami tiga kali perang saudara.

Dalam perang paregreg Nusantara pertama di masa Majapahit mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Adidaya di bumi Selatan itu sendiri sehingga terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil dan juga kekuatan militernya yang dahsyat di laut lenyap untuk selamanya.

Selanjutnya dalam perang paregreg kedua atau perang penghancuran diri pada September 1965, yakni dengan terjadinya perang saudara, mengakibatkan kerugian besar bagi Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan kewibawaan di pentas dunia, serta  menelan korban lima juta jiwa penduduk Nusantara.
Prabu Jayabaya

Sementara yang ketiga, akankah terjadi di masa saat ini? 

Tanda tanda yang disebutkan oleh Sri Aji Jayabaya, raja Kediri yang bertakhta pada abad keduabelas masehi adalah sebagai berikut, sebagai tanda perang saudara ke-3 di Indonesia:

Agama Akeh Sing Nantang (Melawan dengan dalih agama)

Prikamanungsan saya ilang (Hilangnya Prikemanusiaan)

Ora ngendahake hukum Tuhan (Menghilangkan Hukum Tuhan/Syariat)

Agama ditantang (Melawan Agama)

Akeh wong angkara murka (Sifat Manusia Bertambah Serakah)

Nggedhekake duraka (Manusia Lebih banyak yang durhaka)

Ukum agama dilanggar (Hukum Agama Dilanggar)

Kelak suatu agama tertentu akan mendapatkan perlawanan dari berbagai jurusan dan terutama berasal dari umat beragama lainnya. Jika telah terjadi perselisihan antarumat beragama akibat perbedaan agama, maka tidak ada lagi sedikit pun rasa perikemanusiaan dalam diri / kelompok kedua belah pihak yang tengah berselisih itu.

Mereka yang sebenarnya paham benar tentang ilmu agama itu, akan tetapi telah kehilangan rasa perikemanusiaan kini tidak lagi mengindahkan hukum Tuhan dalam fatsal amal yang baik akan mendapat balasan baik, demikian sebaliknya perbuatan jahat dengan mengatasnamakan Tuhan kelak akan mendapat balasan setimpal.

Kelak suatu agama akan ditantang oleh terutama umat beragama lainnya hanya dengan satu alasan yakni menganggap dirinya yang paling dekat di sisi Tuhan.

Jika kaum beragama saja sudah sebagai itu, lebih-lebih mereka yang pas-pasan dalam menguasai ilmu dan pengetahuan agama, kejahatan dan angkara murka mereka semakin merajalela. Bukannya semakin sadar dan tobat bahkan semakin merajalela perbuatan durhaka mereka selama hidup di dunia. Mereka dengan tanpa tedeng aling-aling berani melanggar batas yang cuma sedikit saja pengetahuan tentang hal itu.

Ditambah perkataan sang prabu Jayabaya dalam sebuah syairnya:

Ana peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Durjana saya ngambra-ambra.
Penjahat saya tambah.
Wong apik saya sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan.

(Kelak di masa depan di dalam negeri Nusantara terjadi perang dahyat, penyebabnya sepele saja karena terjadinya salah paham di antara para pemimpin militer dan pemimpin sipil. Selanjutnya dalam suasana kekacauan itu banyak yang mengail di air keruh, Orang yang jujur dan juga para alim ulama semakin tambah sengsara. Peperangan dalam negeri Nusantara itu menelan banyak korban di mana-mana.)

Benarkah yang dikatakan oleh Prabu Jayabaya akan terjadi, semoga saja tidak, mari kita kembali menyadari diri sebagai satu bangsa yang besar, dan berharap pemimpin negeri ini juga sadar diri bahwa jangan karena membiarkan dan membela satu sosok penista agama, kelangsungan negara di pertaruhkan. (Postmetro)

1 Response to "Perkataan Jayabaya serta Ancaman Perang Saudara (Civil War) di Indonesia akibat Penistaan Agama!"